February 03, 2009

Metodologi Penelitian Survai

Oleh: Agus Budi Wibowo

A. Pendahuluan
Menurut Aristoteles manusia diciptakan oleh Tuhan dengan mempunyai rasa ingin tahu, baik suatu peristiwa yang terjadi di dalam dirinya, lingkungan, maupun di alam yang mereka tempati. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia menciptakan sebuah sistem pengetahuan dalam kerangka beripikir mereka. Semua pengetahuan ini menampakkan diri dalam bentuk aksi dan reaksi manusia yang paling elementer. Seluruh bidang inderawi yang ada pada manusia digerakkan dan diresapi oleh kecenderungan ini. Sistem pengetahuan ini membawa manusia ke arah penemuan atau kebudayaan baru yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Namun demikian sistem pengetahuan yang diciptakan manusia dilakukan melalui suatu metode yang disebut dengan metode ilmiah, yang berarti ia tidak hanya dilakukan melalui sebuah rekayasa yang tanpa dasar atau imaginatif belaka. Metode ini mengharuskan segala rekayasa atas jawaban terhadap masalah manusia tersebut dilakukan melalui sebuah langkah-langkah ilmiah. Salah satu bentuk penerapan metode ilmiah ini adalah penelitian (research).
Di dalam dunia ilmiah, kita kenal beberapa metode penelitian yang dipakai manusia untuk menjawab masalah yang terdapat di dalam alam pikiran manusia, baik dalam bidang ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksakta. Kesemua metode penelitian ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari jawaban dan solusi terhadap masalah yang ada. Salah satu bentuk metode penelitian ini adalah metode survai. Sebagai suatu metode penelitian ilmiah yang telah berkembang, metode penelitian survai memiliki dasar pemikiran, prosedur dan teknik-teknik khusus yang membedakan dengan metode lainnya.
Metode adalah suatu cara atau jalan. Jika dihubungkan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Hasan, 1994: 7). Dalam suatu penelitian maka metode harus disesuaikan atau mempertimbangkan kesesuaian dengan obyek studi. Penelitian survai adalah suatu penelitian yang menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jadi, metode penelitian survai adalah suatu cara kerja dalam suatu penelitian yang menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Dengan metode ini tujuan-tujuan yang akan dicapai harus dapat menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap tingkah laku, atau aspek sosial lainnya, variabel yang ditelaah sesuai dengan karakteristik yang menjadi fokus perhatian survai tersebut. Menurut Singarimbun (1989: 3), dalam suatu penelitian survai langkah-langkah lazim ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai.
2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesa tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.
3. Pengambilan sampel.
4. Pembuatan kuesioner.
5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara
6. Pengolahan data.
7. Analisa dan pelaporan.
Di dalam metode penelitian survai ini, ada beberapa aspek yang pelu diperhatikan, seperti tampak pada skema di bawah ini.




Skema
Langkah-langkah Penelitian Survai



























Sumber: Husaini, Makalah Pelatihan, 1998.
Kanwil Depdikbud, Banda Aceh.

Setelah kita mengetahui langkah-langkah dalam penelitian survai, maka penulis akan membahasnya satu persatu sesuai dengan skema di atas.

B. Beberapa Aspek Penting dalam Metode Penelitian Survai
1. Pemilihan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Mantra, 1983: 150). Dalam hal ini dapat dikemukakan sebuah contoh misalnya, tentang beberapa siswa sekolah yang rajin dan tekun belajar, tetapi setiap mengikuti evaluasi/ulangan mendapat nilai yang tidak memuaskan. Contoh lain dari fenomena yang sederhana namun masalahnya dapat menjadi kompleks adalah permasalahan anak remaja yang nakal. Banyak anak-anak yang bermasalah ini berasal dari keluarga terhormat, pengusaha kaya, pejabat, dan lain-lain. Padahal, seharusnya dari keluarga merekalah dilahirkan anak-anak yang baik dan berkualitas karena kehidupan mereka ini didukung oleh kekuatan materi yang besar.
Masalah ini dapat berasal dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber masalah dapat berasal dari teori, pengamatan, pengalaman, atau gabungan antar ketiganya. Masalah akan jelas jika sebelumnya telah dilakukan telaah terhadap permasalahan. Dalam telaah masalah ini, kita memerlukan telaah pustaka tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah, telaah terhadap hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah, pengamatan serta pengalaman yang ada. Teori-teori, pengalaman dan pengamatan yang telah dilakukan akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti. Suatu pertimbangan yang perlu dipertimbangkan dalam melihat masalah -kaitannya dengan pemilihan masalah - adalah apakah kita ingin mengadakan penelitian yang bersifat terapan atau penelitian yang bersifat dasar.
2. Penetapan Tujuan Penelitian
Setelah memilih masalah penelitian selanjutnya menentukan tujuan survai. Dalam penelitian survai, tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban atas suatu permasalahan. Jawaban ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap suatu penyelesaian masalah atau membuat hipotesa baru untuk penelitian yang lain atau yang sama.
Fornat penulisan tujuan penelitian harus disesuaikan dengan masalah-masalah penelitian yang diajukan. Apabila terdapat tiga masalah penelitian, maka hendaknya jumlah point dari tujuan penelitian ini juga tiga buah. Hal ini menunjukkan adanya kesinambungan antara masalah dengan tujuan yang dicari dalam penelitian itu. Namun demikian, hal ini tidaklah sebuah harga mutlak yang tidak dapat diubah. Dapat saja terjadi, dalam penelitian tersebut terdapat tiga masalah namun tujuan penelitian terdapat empat buah.
3. Perumusan Kerangka Teori / Konsep
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki bermacam-macam konsep terhadap alam sekeliling kita. Konsep-konsep ini mencoba membangun pikiran berdasarkan ratio sehingga kita dapat menangkap gejala yang sampai kepada kita. Dalam pikiran kita terbentuk pengelompokan-pengelompokan pikiran dari sejumlah ciri-ciri fenomena sebagai ide-ide yang abstrak. Dengan demikian, konsep-konsep ini dapat kita gunakan sebagai simbol-simbol yang kita pelajari (William, tt: 41; Sufi, 1999: 7). Sesungguhnya konsep-konsep ini berkaitan erat dengan kata-kata atau bahasa dalam wujud ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan yang ada serta dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kata lain, bahwa konsep-konsep ini merupakan perbendaharaan kata yang memiliki arti yang kita miliki.
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai bermacam-macam konsep sesuai dengan eksistensinya sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan pasti (eksak), ia memiliki konsep-konsep tersendiri. Demikian pula dengan ilmu-ilmu pengetahuan sosial seperti sejarah, antropologi, dan sebagainya. Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, kelompok atau individu tertentu (Efendi, 1989: 32). Misalnya, dalam ilmu geografi terdapat sebuah konsep yang disebut migrasi. Migrasi, dalam ilmu geografi adalah suatu konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas tertentu manusia.
Konsep ada yang sederhana dan ada pula yang sangat rumit. Misalnya, konsep seperti meja, kursi, kuda, mudah diterangkan; cukup dengan menunjukkan saja benda atau hewan yang dimaksudkan. Lain halnya, dengan konsep yang tidak dapat dilihat, karena merupakan pengertian abstrak. Konsep demikian yang dinamakan constructs, adalah sangat rumit, dan artinya hanya dapat diperoleh secara tidak langsung, dengan pengamatan dari gejala yang dapat dilihat berhubungan dengan konsep-konsep itu. Dalam ilmu sosial konsep macam constructs ini lah yang merupakan unsur utama dalam penelitian. Misalnya, konsep migrasi (seperti yang disebutkan di atas), kedudukan, peranan, kesadaran politik, nilai-nilai budaya, kebudayaan, dan sebagainya.
Pemilihan konsep-konsep yang tepat adalah sangat penting, tetapi rumit karena adanya sekian banyak konsep yang dapat dipilih. Karenanya, perlulah ditentukan ruang lingkup dan batas persoalan sehingga jumlah konsep yang bersangkut paut dengan persoalan juga dapat dibatasi. Dalam hal ini dapat diatasi dengan adanya kerangka teoritis dapat membantu dan meringankan pekerjaan peneliti.
Suatu kesukaran yang khas bagi ilmu sosial, dalam kaitannya dengan konsep ini adalah konsep yang digunakan merupakan istilah umum dipakai dalam bahasa sehari-hari dan adanya perbedaan tanggapan antara satu ahli dengan ahli yang lain. Karenanya, peneliti harus memberikan penegasan arti dari konsep yang digunakan, dengan memberikan arti definisi dari konsep yang digunakan peneliti (sesuai dengan tujuan penelitian).
Pemilihan, perincian, dan penegasan konsep masih merupakan taraf permulaan dari suatu penelitian; konsep itu masih bergerak di alam abstrak. Sekarang perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris. Dengan kata lain, konsep itu harus diubah menjadi definisi operasional. Misalnya, konsep “kedudukan sosial ekonomis”. Dalam ilmu sosial sudah lumrah konsep ini mencakup tiga faktor, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan untuk memperoleh keterangan mengenai ketiga faktor tidak lah sukar lagi. Tiap jawaban diberi angka penilaian dan jumlah angka itu merupakan score yang menentukan dalam kategori mana si penjawab digolongkan. Kita dapat juga menggunakan kategori kedudukan sosio ekonomis, tinggi, sedang dan rendah. Apabila telah tercapai pengertian konsep, maka konsep mempunyai peranan yang besar dalam penelitian karena konsep inilah yang menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.
4. Pengajuan Hipotesa
Setelah kita tentukan konsep-konsep yang tepat, langkah selanjutnya adalah mencari hubungan antara gejala-gejala dan fakta-fakta, yang tercermin dalam konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian karena dalam penelitian survai tujuan yang akan dicapai adalah untuk menjelaskan suatu fenomena sosial atau alam tertentu. Rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih merupakan suatu hipotesa. Hipotesa ini dapat bersifat sementara, yang berarti suatu hipotesa dapat diubah atau diganti dengan hipotesa lain yang lebih tepat. Hal ini mungkin karena tergantung dari masalah yang diteliti dan konsep-konsep yang digunakan, berbagai hipotesa dapat diperoleh dari suatu teori.
Hipotesa ini dinyatakan dalam wujud hubungan antarvariabel1 (konsep yang telah diuraikan/didefinisikan). Suatu penelitian survai selalu ingin mencari jawaban atas keadaan tertentu atau mencari hubungan antar variabel-variabel yang ada. Jadi, dalam penelitian survai hipotesis sangat diperlukan untuk mencari jawaban dari tujuan penelitian. Seperti diungkapkan oleh Faisal (1992: 102), bahwa hipotesis penelitian baru diperlukan jika peneliti mempersoalkan hubungan antar variabel.
Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris. Misalnya, jika ingin menerangkan mengapa perbedaan hasil belajar diantara siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dengan yang tidak, maka hipotesa itu dapat disusun seperti “Siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS memperoleh hasil belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif dalam kegiatan OSIS”. Untuk itu, kita memerlukan teori yang menyatakan bahwa siswa yang kurang waktu belajarnya memperoleh hasil belajar yang kurang juga.
Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih dan juga dinyatakan secara deklaratif. Pernyataan deklaratif yang dimaksud di sini adalah pernyataan yang dapat menyatakan arah hubungan di antara variabel-variabel yang dimasalahkan keterhubungannya (directional hyphotesis). Misalnya, para siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS mempunyai hasil belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif dalam kegiatan OSIS. Pernyataan deklaratif dalam rumusan suatu hipotesis penelitian juga dapat dilakukan dengan “tidak menyatakan arah hubungan” di antara variabel yang dipermasalahkan keterhubungannya (non-directional hyphotesis), misalnya ada perbedaan hasil belajar siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dengan yang tidak aktif. Hubungan tersebut dapat dirumuskan baik secara eksplisit maupun implisit. Pada contoh di atas, hipotesa tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel, yakni 1. variabel terpengaruh, hasil belajar; dan 2. variabel pengaruh, siswa aktif di OSIS sibuk.
Ciri utama dari variabel yang baik dalah kesederhanaan dalam perumusan, penggunaan variabel-variabel yang tegas, berbentuk sedemikian sehingga kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain. Adapun sumber dari hipotesa ini dapat diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti itu sendiri, hasil-hasil dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, serta teori-teori yang sudah terbentuk.
Hipotesa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesa kerja dam hipotesa penguji. Hipotesa kerja adalah suatu ide atau tanggapan mengenai langkah-langkah kemudian yang bermanfaat untuk dilakukan. Hipotesa kerja merumuskan suatu tanggapan mengenai arah penelitian dan bukan mengenai hasil penelitian. Kalau penelitian suatu sudah lebih maju, tanggapan yang lebih tegas dapat muncul mengenai penyelesaian masalah yang diteliti. Tanggapan inilah yang kita sangka mungkin memberi jawaban yang tepat mengenai persoalan kita dan kita menentukan langkah-langkah yang dapat dapat menguji tanggapan itu (Kaplan, 1964: 88-89; Tan, 1994: 24-25). Hal inilah yang dinamakan hipotesa penguji.
5. Pengumpulan Data
Data yang dicari dalam penelitian survai dikumpulkan melalui kuesioner. Dalam hal ini, kita tidaklah perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi2 , karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan seperti sifat populasi dari objek penelitian bersangkutan. Misalnya, jika mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling dan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran (Palte, 1978; Mantra dan Kasto, 1989). Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah masalah efisiensi dalam memilih metode pengambilan sampel.3 Menurut Teken (Mantra dan Kasto, 1989), metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B apabila untuk sejumlah biaya, tenaga dan waktu yang lebih rendah.
Dalam menentukan berapa besarnya sampel yang diambil untuk mendapatkan data yang representatif didasarkan pada empat faktor. Pertama, derajat keseragaman dari populasi. Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Kedua, presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Ketiga, rencana analisa. Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Kempat, tenaga, biaya dan waktu. Kalau mengingat presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Namun apabila dana, tanaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
6. Pembuatan Kuesioner
Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan dari penelitian (Singarimbun dan Handayani, 1989: 175). Analisa data kuantitatif didasarkan kepada hasil kuesioner itu.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai, dan memperoleh informasi dengan realiabilitas 4 dan validitas5 setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, maka peneliti hendaknya senantiasa perlu mengingat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan memang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian.
7. Pengolahan Data
Kuesioner yang merupakan salah satu cara mengumpulkan data dalam penelitian survai belumlah dikatakan sebagai hasil penelitian, ia perlu diolah terlebih dulu. Dalam pengolahan data, jawaban yang terdapat di kuesioner, sebelumya perlu diberi simbol, berupa angka. Simbol ini selanjutnya disebut kode. Tahap-tahap pertama dalam mengkode adalah mempelajari jawaban responden, memutuskan perlu tidaknya jawaban tersebut dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan kode kepada jawaban yang ada. Setelah itu kode-kode tersebut dimasukkan dalam buku kode6 . Selanjutnya, data yang sudah dimasukkan dalam buku kode digunakan untuk mengolah data secara komputer maupun manual. Untuk pengolahan data melalui komputer, kita dapat menggunakan program SPSS. Hasil pengolahan data selanjutnya digunakan untuk analisa data.
8. Analisis Data
Suatu penelitian dilaksanakan didasarkan atas dasar keinginan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau untuk mengungkapkan fenomena sosial atau fenomena alami tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti harus terlebih dahulu merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, memproses data, membuat analisa dan interpretasi. Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Efendi dan Manning, 1989: 263).
Dalam proses pengolahan data hasil kuesioner biasanya digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Selain itu, statistik dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan (by chance), sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan sistematis antara variabel-variabel yang diteliti, atau hanya terjadi secara kebetulan. Setelah data dianalisa dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya harus diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Analisa data yang paling sederhana dalam statistik adalah analisa satu variabel (tabel frekuensi) dan analisa dua variabel (tabulasi silang).
Pada analisa satu variabel hanya dapat dipelajari satu sisi/dimesi dari perilaku umum yang berkaitan subjek penelitian, sedangkan pada analisis dua variabel (tabulasi silang) dapat dipelajari dua dimensi hubungan dua variabel. Pola antarvariabel di dalam analisa data mempunyai beberapa variasi. Dari segi arah hubungan dapat dibedakan antara hubungan positif dengan hubungan negatif. Dari segi bentuknya, hubungan dapat dibedakan antara hubungan lurus (linear) dan hubungan tidak lurus (curvilinear) dan hubungan antara hubungan satu arah (hubungan asimetris) dan hubungan dua arah (hubungan simetris).
9. Penarikan Generalisasi/Kesimpulan
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah generalisasi. Dari hasil pengolahan data dan analisis data dapat diketahui jawaban dari tujuan penelitian. Hasil analisis data digeneralisir untuk memperoleh kesimpulan atas usaha penyederhanaan data serta mempermudah pembacaan hasil untuk menjawab tujuan penelitian. Setelah proses generalisasi langkah selanjutnya adalah penulisan laporan.

10. Penulisan Laporan

Penulisan laporan penelitian merupakan tahap akhir dari setiap pekerjaan penelitian. Betapapun baiknya suatu penelitian yang telah dilaksanakan tidaklah akan banyak gunanya apabila hasilnya tidak dapat diketahui dan dinikmati oleh orang lain dalam bentuk apapun. Orang lain, hanya akan dapat menikmati hasil dari suatu penelitian apabila hasil itu disajikan kepada masyarakat umum. Penyajian itu pada umumnya dalam bentuk penulisan laporan penelitian. Namun dalam penulisan laporan ini perlu diingat bahwa penulisan laporan penelitian tidaklah sembarangan, tetapi dituntut aturan-aturan atau prosedur-prosedur tertentu agar hasilnya dapat dijadikan sebagai sebuah laporan ilmiah.
Seorang peneliti biasanya dalam membuat laporan hasil penelitian memperinci laporan itu dalam empat bagian utama, yaitu bagian pendahuluan, bagian menemukenali (identifikasi) lokasi penelitian, bagian isi karangan/tubuh karangan dan bagian penutup (Sufi, 1998: 2). Selain keempat bagian itu, ada juga peneliti yang mencantumkan lampiran-lampiran yang dianggap penting untuk menunjang hasil penelitian. Sebagai sebuah laporan ilmiah, untuk mempertanggungjawabkan penulisannya itu juga perlu pada bagian akhir laporan memberikan sejumlah bahan rujukan (daftar pustaka) yang telah digunakan untuk penelitian.
Dalam penulisan laporan penelitian perlu pula diperhatikan agar bagian-bagian yang disusun harus ada keseimbangan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Misalnya, bagian yang tidak menjadi tujuan atau sasaran utama penelitian seperti bagian identifikasi, jangan lebih banyak uraiannya dari pada bagian inti karangan/tubuh karangan.

C. Penutup
Pada pada dasarnya manusia diciptakan dengan keinginan rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia menciptakan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab rasa ingin tahu itu. Namun demikian, sistem pengetahuan yang diciptakan manusia itu dilaksanakan melalui suatu metode yang disebut metode ilmiah, yang dilaksanakan melalui sebuah rekayasa tanpa dasar. Metode ilmiah mengharuskan segala rekayasa atas jawaban terhadap masalah tersebut melalui sebuah langkah ilmiah. Hal ini tampak pula pada metode penelitian survai, yang mana ia juga harus melalui sebuah langkah yang sistemmatis.









Daftar Pustaka

Efendi, Sofian
1989 “Unsur-unsur Penelitian Survai”, dalam Masri Singarimbun dan
Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Efendi, Sofian dan Chris Manning
1989 “Prinsip-prinsip Analisa Data”, dalam Masri Singarimbun dan
Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Faisal, Sanafiah
1992 Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Hasan, Fuad dan Koentjaraningrat
1994 “Beberapa azaz Metodologi Ilmiah”, dalam Koentjaraningrat
Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lestari, Titit
1999 “Metode Penelitian Survai’, dalam Haba No. 9/99.

Mantra, Ida Bagus
1985 Pengatar Studi Demografi. Jakarta: Nur Cahya.

Singarimbun, Masri
1989 “Metode dan Proses Penelitian”, dalam Masri Singarimbun dan
Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sufi, Rusdi
1998 “Teknik Membuat Penulisan Laporan Penelitian”, Makalah
pada Pentaloka Bimbingan Karya Ilmiah Guru di Lhokseumawe
Agustus1998.


Singarimbun, Masri dan Tri Handayani
1989 “Pembuatan Kuesioner”, dalam Masri Singarimbun dan Sofian
Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

No comments: