January 22, 2009

Membangkitkan Gairah Wisata di Iboih Sabang

Pendahuluan

Pada tahun 1980-an wisata Sabang mencapai masa puncak kejayaannya. Di saat itu, banyak wisatawan, khususnya wisatawan asing, membanjiri objek wisata yang ada. Bahkan seringkali cottage-cottage yang ada di Iboih dan Gapang tidak dapat menampung wisatawan yang menginap di sana. Sejak penerapan status Darurat Militer Indonesia perkembangan kepariwisataan Aceh mengalami stagnasi. Pada masa itu banyak wisatawan asing yang tidak dapat masuk ke Aceh karena ada larangan bahwa orang asing tidak boleh masuk. Banyak sarana pariwisata yang mulai hancur karena ketiadaan dana untuk merawat. Misalnya, cottage-cottage di Iboih satu persatu hancur. Kondisi ini diperparah oleh akibat dari gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2005.
Namun di balik kehancuran akibat dampak musibah ini ternyata ada sisi positip. Aceh menjadi daerah “terbuka”. Banyak orang asing yang datang ke Aceh. Keketatan akibat penerapan status darurat militer agak mengendur. Orang asing itu datang bertujuan untuk membantu dalam masa tanggap darurat, kemudian keberadaan mereka berlanjut pada masa rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa dan tsunami. Keberadaan para relawan asing ini berpusat di Banda Aceh. Namun pada suatu saat mereka mengalami juga masa-masa jenuh. Untuk menghilangkannya, mereka mendatangi tempat-tempat wisata yang ada di Aceh. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Sabang. Mereka berangkat ke Sabang pada hari Jumat Sore dan kembali ke Banda Aceh pada hari Minggu.
Gejala kedatangan para relawan asing untuk berwisata di Sabang telah tampak. Hal ini merupakan salah satu moment yang sangat baik untuk kebangkitan dunia pariwisata di Aceh.





Pengembangan Kawasan Wisata Iboih Pasca Gempa dan Tsunami
Kawasan wisata Iboh termasuk di dalam wilayah administrasi Lorong Tepian Layar, Kelurahan Iboih, Kecamatan Sukakarya Sabang. Jumlah penduduk 45 KK (245 jiwa). Di antara mereka sebagian besar bergerak dalam bidang usaha jasa wisata (245 KK). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kehidupan mereka amat tergantung dari usaha ini. Kehancuran akibat tsunami tentunya berpengaruh terhadap perekonomian rumah tangga mereka. Di sisi lain, geliat dan harapan kedatangan turis ke Iboih mulai tampak. Ketika tim survei berada di Iboih, ada 10 turis asing yang sedang melakukan kegiatan diving di Iboih. Mereka telah tinggal di Iboih selama 1 bulan. Bahkan di antara mereka terdapat satu keluarga terdapat satu keluarga, yang terdiri dari anak, ibu, dan ayah.
Geliat dan harapan yang muncul kembali di objek wisata Iboih sangatlah sayang apabila dibiarkan berlalu begitu saja. Untuk itu, Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam membuat konsepsi pengembangan objek wisata Iboih. Ada beberapa aspek kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan, yaitu

Perbaikan sarana fisik
Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa akibat tsunami banyak sarana dan prasarana yang hancur. Sarana ini banyak dimiliki oleh warga setempat. Ketiadaan turis selama masa Darurat Militer, banyak warga masyarakat yang tidak mempunyai dana yang cukup memelihara sarana dan sarana, baik berupa cottage dan yang lainnya. Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan membantu membangun kembali cottage ini. Dengan demikian, apabila suatu saat terjadi booming wisatawan asing menuju Iboh, mereka sudah siap menerimanya. Kejayaan Iboih seperti di era 1990-2000 dapat diraih kembali. Selain itu, Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menyediakan bantuan dua kapal wisata yang dapat digunakan melihat terumbu karang.

Pembentukan Kelompok Pengelola Wisata
Selama ini masyarakat bergerak sendiri-sendiri dalam mengelola aset wisata mereka. Tidak ada kelompok yang mengkoordinir dalam berbagai kegiatan. Keberadaan kelompok ini amat menguntungkan dalam mengorganisir berbagai event di daerah wisata ini. Untuk itu, dibentuklah kelompok pengelola wisata dengan nama Teupin Layeu View. Kelompok ini dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Ir. H. Muzakkir Ismail, M. Sc pada tanggal 23 Juli 2005 di gedung Dekranas Lorong Teupin Layeu Iboih Sabang.
Pembentukan Pusat informasi dan Souvenir
Selama ini di kawasan wisata Iboih tidak ada pusat informasi dan souvenir, sehingga banyak wisatawan yang kurang mengetahui keberadaan objek wisata ini secara menyeluruh. Adanya pusat informasi dan souvenir sangat membantu. Selain itu, keberadaan pusat ini dapat membantu memasarkan objek wisata lain di Sabang dan meningkatkan pendapatan warga melalui penjualan berbagai barang souvenir. Penyerahan bantuan secara simbolis souvenir dilakukan pada tanggal 23 Juli 2005.

Penyuluhan dan Lokakarya Kepariwisataan
Sejak tahun 2000, Aceh telah ditetapkan sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam. Tentunya, penetapan daerah ini dapat menjadi benturan apabila dikaitkan dengan keberadaan wisatawan, khususnya turis asing. Penyuluhan ini sangat diperlukan untuk menyiapkan sikap mental masyarakat agar tidak terjadi benturan sosial budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kehidupan beragama masyarakat dapat tetap dilaksanakan, tetapi wisatawan tetap dapat datang. Selain itu, diselenggarakan pula lokakarya pariwisata yang bekerja sama dengan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh untuk mendapatkan gambaran lengkap kondisi pariwsata di Iboih dan rekomendasi terhadap pihak terkait. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2005

Pembangunan Gedung Serba Guna
Di daerah objek wisata Iboih belum ada gedung serba guna (open stage) yang dapat menampung berbagai aktivitas yang dapat menarik wisatawan. Diharapkan dengan adanya gedung ini akan menambah kedatangan wisatawan karena berbagai event dapat diselenggarakan di gedung ini. Dengan demikian, selain kegiatan penyelaman, wisatawan juga dapat melihat event lain yang menarik.

Pembuatan Web tentang Iboih
Salah satu bentuk pemasaran pariwisata adalah melalui pembuatan web. Dengan web ini, setiap orang dapat mengaksesnya melalui warnet. Selama ini, informasi tentang Iboih diperoleh melalui berita dari mulut ke mulut atau dari satu teman ke teman yang lain. Internet sebagai bagian dari komunikasi global sangat menguntungkan karena mudah diakses dengan biaya murah.



Penyelenggaraan event atraksi budaya
Selama ini kegiatan kepariwisataan di Iboih hanya menyangkut kegiatan wisata bahari. Belum pernah dilakukan secara intensif penyelenggaraan wisata budaya berupa atraksi budaya secara reguler. Pengembangan wisata di daerah ini dapat dilakukan dengan melaksanakan event budaya yang bersifat reguler. Event ini dapat dilaksanakan pada masa-masa liburan sekolah dimana banyak orang mengisi masa liburan dengan mengunjungi objek wisata atau ketika masa liburan Idhul Fitri atau Idhul Adha.

Penutup
Salah satu penyumbang terbesar dari devisa negara dari nonmigas adalah pariwisata. Untuk itu, pengembangan pariwisata sangat perlu dikembangkan diberbagai daerah di Nusantara. Indonesia memiliki kekayaan yang memungkinkan pengembangan pariwisata. Salah satu daerah di Aceh yang juga mempunyai “nama” adalah Iboih. Daerah ini telah lama menjadi kawasan kunjungan wisatawan, baik asing dan domestik.
Untuk membangkitkan gairah para wisatawan mengunjungi daerah ini kembali setelah gempa dan tsunami menerjang Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah melakukan beberapa kegiatan konkrit. Diharapkan ketika booming wisatawan yang menuju Iboih tidak terlunta-lunta karena ketiadaan prasarana dan sarana.

No comments: