October 12, 2011

Bahan Membuat Rumoh Aceh dan Cara Mengolahnya

Oleh: Agus Budi Wibowo

Bahan untuk membuat rumah tradisional Aceh (rumoh Aceh), terdiri dari berbagai jenis kayu pilihan yang berkwalitas dan keras. Kayu-kayu itu biasanya dipilih yang mempunyai serat halus dan telah cukup tua agar tidak mudah dimakan rayap, sehingga tahan sampai berpuluh bahkan beratur tahun. Kayu-kayu tersebut umumnya dipilih yang berukuran panjang, lurus dan besar, terutama untuk bahan pembuatan tiang, bara, dan dinding rumah (Muhammad Z.Z., 1980 : 47).
Lantai rumah biasanya dibuat dari sejenis pohon pinang (pohon nibung) yang telah berumur cukup tua atau dari pohon bambu yang tua. Sedangkan atapnya terdiri dari daun rumbia atau daun kelapu yang dijahit tersusun pada sebilah bambu tipis sepanjang kira-kira dua meter.
Pengolahan dan pembuatan tiang, dinding dan bara serta lantai rumoh Aceh biasanya dibuat dengan cara menarah dan menggergaji kayu-kayu bulat, di mana besar dan panjangnya sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Tiang dibuat dengan cara menarah kayu yang masih bulat penampangnya menjadi empat persegi atau delapan persegi, bahkan bulat (silinder). Panjangnya sesuai dengan tinggi rumah yang akan dibuat. Jadi untuk membuat tiang diambil persis di bagian tengah dari kayu yang masih utuh. Besar tiang rata-rata mencapai 35 cm lingkaran atau lebih. Jumlah tiang pada tiap-tiap rumoh Aceh bermacam-macam, ada yang 16, 20, 24, 28 dan seterusnya sesuai dengan banyaknya ruang, lebar dan panjangnya rumah tersebut.
Sedangkan bara (alas kasau) dibuat dengan cara membelah kayu menjadi empat bagian, pembelahan ini dilakukan persis pada bagian garis tengah dari kayu itu. Setiap bagian ditarah hingga tebalnya tinggal lima sampai enam cm dan lebarnya antara 12 sampai 15 cm. Jadi bentuk bara persis menjadi empat persegi panjang seperti sekeping papan tebal.
Lantai rumoh Aceh umumnya terbuat dari sejenis pohon pinang (nibung) atau sering juga dibuat dari bambu yang cukup tua. Pohon nibung atau pohon bambu itu dibelah kecil-kecil selebar dua anak jari (tiga cm). Selanjutnya direndam ke dalam air sampai dua atau tiga minggu, baru kemudian dijemur sampai kering betul. Proses perendaman ini bertujuan agar pohon pinang/nibung atau bambu tersebut menjadi kuat dan tahan sampai berpuluh bahkan beratus tahun serta tidak mudah dimakan rayap.
Atap rumoh Aceh umumnya terbuat dari daun rumbia. Cara mengolahnya, mula-mula daun ini dipilih yang sudah tua dan lebar. Selanjutnya disusun pada sebilah bambu tipis yang telah disediakan sebelumnya dengan ukuran panjang bambu kira-kira 2,00 cm sampai 2,25 cm. Susunan daun rumbia dikerjakan dengan cara melipatkannya pada bambu itu persis berada di dalam lipatan setiap daun rumbia yang berfungsi sebagai tulang dari atap itu secara keseluruhan. Daun-daun itu disusun secara beraturan dengan bagian belakang daun harus selalu berada di luar. Tujuannya agar atap tidak bocor pada saat turun hujan. Susunan daun-daun rumbia itu dijahit (diikat) dengan rotan yang dibelah empat atau dibelah delapan, sehingga antara daun rumbia yang satu dengan yang lainnya saling menyatu dengan kuat pada bambu tersebut. Kadang-kadang daun rumbia dalam keadaan darurat diganti dengan daun kelapa atau alang-alang.

Untuk pembuatan papan dinding rumah sama dengan cara membuat bara. Hanya saja dalam pembuatan papan ini kayu dibelah agak tipis, setiap bagian ditarah setebal tiga cm s/d lima cm, lebarnya sebagamana kayu-kayu yang dibelah tadi. Akan tetapi ukuran standard lebar papan rumah tradisional Aceh biasanya rata-rata mencapai 22 cm atau lebih.

No comments: